Rabu, 27 Mei 2015

Ilmu

Orang bertanya kepada Saidina Ali
k.w
kenapa beliau mencintai ilmu
lebih daripada  harta?
Jawab sahabat agung Saidina Ali k.w :
Pertama :
Ilmu itu jika diberi kepada orang lain,
akan bertambah,
manakala harta jika diberi akan
menyusut.
Kedua :
Ilmu dapat memelihara diri kita,
manakala harta
kita pula terpaksa melindunginya.
Ketiga :
Makin banyak ilmu hati semakin
tenang,
sedang semakin banyak harta
semakin berat hati dalam menjaganya.
Keempat :
Orang yang menyimpan ilmu tanpa
bimbang didatangi pencuri,
sedang banyak menyimpan harta
sentiasa cemas dan curiga didatangi
orang.
Kelima :
Orang yang berilmu mempunyai
kenalan luhur,
sedang si punya banyak harta
mempunyai ramai lawan dan musuh.
Saidina Ali k.w berkata lagi :
Keenam :
Hendaklah engkau berlindung kepada
Allah dalam semua urusan, kerana
dengan itu engkau mendapat
perlindungan yang kukuh, kuat dan
mulia.
Ketujuh :
Harta kekayaan tidak akan kekal
menemanimu,
dan kamu pula tidak akan dikekalkan
oleh hartamu.
Salah satu akan musnah terlebih
dahulu,
samaada kamu atau hartamu.
Kelapan :
Ketahuilah kamu diciptakan untuk
akhirat,
tidak untuk dunia.
Kesembilan :
Kamu dihidupkan untuk dimatikan,
tidak untuk dikekalkan.
Dengan itu
sesungguhnya berada di tempat
sementara inilah
kamu berbekal untuk menuju akhirat
yang pasti.
Kesepuluh :
Engkau selalu dikejar maut, yang
tiada siapa terlepas siapapun yang
cuba lari daripadanya.
Kesebelas :
Dengan itu hendaklah waspada
jangan tertangkap maut
ketika berbuat jahat,
atau telah merancang berbuat jahat
lalu menemui maut
maka binasalah engkau.
Sahabat yang dimuliakan,
Utamakanlah ilmu daripada harta
tetapi jika kalian berharta
maka jadikanlah harta kalian untuk
menuntut ilmu,
sebarkan ilmu yang bermanfaat
dan sedekah jariah
maka harta tersebut akan membantu
kalian
walaupun kalian berada dialam
barzakh,
jangan jadi hamba kepada harta
nanti kalian akan binasa.....
sumber : Makmum Sundari

Senin, 25 Mei 2015

Carane ngusir setan

Cara melawan Syaitan
Muhammad Qosim Al Farisi pernah
menceritakan seorang pemuda yang
menuntut ilmu pada seorang Ulama di Irak.
Ulama itu seorang yang alim, sholeh, wara
dan zuhud. Murid muridnya banyak
berdatangan dari berbagai wilayah. Bukan
hanya dari Basrah dan Kufah tapi juga dari
negeri luar. Mereka betah dan nyaman
belajar pada Ulama tersebut. Termasuk
anak muda yang berasal dari daerah
Khurasanan. Ia senantiasa hadir tepat
waktu menghadiri majelis ilmu sang ulama.
Menyimak pelajaran dengan penuh
keseriusan dan selalu bertanya bila ada
pelajaran yang kurang jelas. Bila malam
telah larut ia masih terbiasa sibuk dengan
muzakarah pelajaran yang ia terima siang
harinya dan sebelum ia tidur selalu sholat
witir terlebih dulu.
Tak terasa sudah sepuluh tahun anak muda
ini menuntut ilmu di Ulama yang alim
tersebut dan kini tiba saat ia pulang ke
kampung halaman untuk menyampaikan ilmu
kepada masyarakatnya dan mengabdikan
diri bagi kepentingan umat yang selalu
menjadi cita cita hidupnya. Saat hendak
pamit untuk berangkat pulang ke kampung
halaman Sang Ulama berdialog dengan anak
didiknya tersebut .
Berkata sang Ulama “Wahai anakku dari
negeri manakah kamu berasal?”
Sang murid menjawab “saya berasal dari
daerah Khurasanan”
Ulama kembali berkata “Sudah hampir
sepuluh tahun kamu menuntut ilmu
kepadaku maka sudah saatnya kamu
kembali ke kaummu dan menyampaikan
risalah islam ini kepada mereka yang
berhak. Tapi sebelumnya ada satu hal yang
ingin aku tanyakan kepadamu.”
Murid bertanya “apa itu wahai Guru?”
Ulama kemudian berkata “apabila kamu
telah tiba di negerimu dan engkau
mendapat godaan syaitan maka dengan
cara apa kamu dapat melepaskan diri dari
bujuk rayuannya?”
Cukup lama sang murid berpikir dan
kemudian memberanikan diri menjawab “aku
akan mengusirnya dengan kekuatanku dan
akan menyuruhnya pergi jauh”
Ulama kemudian berkata “apabila
kekuatanmu telah habis maka engkau tidak
bisa melawannya lagi dan bila kamu terus
selalu melawannya maka kamu tidak akan
punya waktu lagi untuk beribadah kepada
Tuhanmu karena sibuk mengurusi syaitan “
Sang murid tersentak kaget dengan
jawaban sang Guru dan dengan keseriusan
ia bertanya “lalu dengan apa aku akan
mengusirnya wahai Guru?”
Sang Ulama lalu membetulkan posisi
duduknya dan berkata “bila kamu sedang
mengembala kambing dan ada anjing yang
hendak memangsa kambingmu maka cara
termudah kamu mengusir anjing tersebut
adalah dengan mendekati pemilik anjing dan
menyuruh anjingnya agar pergi menjauh.
Begitulah bila kamu hendak menghadapi
syaitan maka kamu hanya perlu mendekat
kepada Allah dan bertaqarrub kepadanya
maka syaitan akan menjauh karena lelah
dan kurus kering tidak bisa menggodamu”
Nasihat yang luar biasa dari Ulama yang
alim dan wara’. Sungguh bila hati hanya
sibuk dengan mengingat Allah maka tidak
ada kesempatan bagi syaitan untuk masuk
mengganggu hati yang khusyu’ mengingat
Allah. Karena hanya tangis dan kesedihan
bagi syaitan yang tidak berhasil menggoda
anak adam dan ia akan hidup miskin dan
memiliki badan yang kurus kering karena
tidak mendapat rejeki makanan dari orang
yang hatinya selalu terpaut dengan Allah.